BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perpustakaan merupakan pusat penyedia informasi yang multifungsi, sehingga ia dikenal sebagai unit pelayanan informasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat secara luas karena perpustakaan memang terikat dalam tatanan masyarakat yang luas. Perpustakaan harus ada dan dibangun ditengah-tengah masyarakat, karena setiap orang pasti ingin maju dan berkembang, serta ingin menguasai banyak ilmu pengetahuan yang tentunya dapat dilakukan dengan membaca/belajar pada buku dan sumber informasi lainnya. Untuk dapat menemukan berbagai sumber informasi, maka cara paling mudah dan murah yang dapat dilakukan semua orang adalah dengan berkunjung ke perpustakaan. Karena perpustakaan didirikan untuk melayani mereka yang membutuhkan informasi.
Pepustakaan perguruan tinggi berfungsi dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Perpustakaan perguruan tinggi sering disebut sebagai ”jantung universitas” sebagai penunjang informasi di Perguruan Tinggi[1], karena tanpa perpustakaan tersebut maka proses pelaksanaan pembelajaran di universitas akan kurang optimal. Pengguna perpustakaan perguruan tinggi adalah masyarakat perguruan tinggi (sivitas akademika). Perpustakaan perguruan tinggi berfungsi sebagai sumber belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan bagi seluruh masyarakat perguruan tinggi dengan sumberdaya informasi yang disediakan. Peningkatan sumber daya informasi dirasa sangat perlu untuk dilakukan. Setiap universitas selalu mengupayakan pencarian pengetahuan baru melalui penelitian yang seksama kemudian merekam pengetahuan tersebut, lalu mendiskusikannya dengan sesama ilmuan, dan akhirnya menyebarkannya kepada masyarakat luas baik dalam bentuk pendidikan maupun dalam bentuk aplikasi. Peran serta fungsi dari perpustakaan adalah untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui pelayanan yang diberikan, serta untuk meningkatkan pelayanan kepada pengguna agar memperoleh kemudahan dalam menggunakan perpustakaan. Segala jenis informasi dan sumber-sumber informasi yang dimiliki perpustakaan secara terus-menerus akan bertambah sejalan dengan berkembangnya informasi. Seiring dengan bertambahnya waktu maka ilmu pengetahuan juga berkembang dengan pesat sehingga inventaris buku pada perpustakaan juga akan semakin bertambah, begitu pula dengan anggota perpustakaan yang lama-kelamaan akan semakin bertambah pula. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem informasi yang dapat menampung dan mengakses semua data-data tersebut secara cepat dan tepat. Maka salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memperbaiki sistem pelayanan yang dimiliki agar berdaya guna maksimal dan dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap pelayanan yang diberikan.
Salah satu hal penting yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah perpustakaan adalah adanya proses temu kembali informasi, dimana secara spesifik juga akan berkaitan langsung dengan penelusuran informasi. Temu kembali informasi dapat diartikan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan informasi kepada pengguna sebagai jawaban akan kebutuhan informasi pengguna. Temu kembali informasi merupakan istilah yang mengacu pada temu kembali dokumen, sumber atau data yang dimiliki unit informasi atau perpustakaan[2]. Sistem temu kembali informasi merupakan sistem yang berfungsi untuk menemukan informasi yang relevan dengan kebutuhan pemakai. Salah satu hal yang perlu diingat bahwa informasi yang terkandung dalam sebuah dokumen bersifat tekstual. Sedangkan penelusuran informasi merupakan bagian dari sebuah proses temu kembali informasi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai akan informasi yang dibutuhkan, dengan bantuan alat penelusuran dalam temu kembali informasi yang dimiliki perpustakaan. Ilmu pengetahuan/informasi dan teknologi haruslah dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat yang membutuhkan. Kemajuan teknologi telah menyentuh pekerjaan di perpustakaan. Penggunaan teknologi berupa komputer ternyata sangat membantu pekerjaan pengolahan bahan pustaka dan temu kembali untuk pelayanan informasi[3]. Dengan bantuan komputer maka dapat ditampung informasi mengenai koleksi tanpa memerlukan banyak tempat, praktis dan efisien. Dengan cara tertentu informasi yang diperlukan akan terpapar pada layar komputer. Untuk menyampaikan kepada pemakai bahan pustaka apa yang dimiliki perpustakaan, disediakan layanan katalog (OPAC) yang mencatat ciri masing-masing bahan pustaka yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan membedakan satu bahan pustaka dengan bahan pustaka yang lain. Untuk mencari kembali bahan pustaka tertentu dalam koleksi perpustakaan, katalog merupakan alat pencari yang terpenting. Akan sangat sulit sekali, bahkan mustahil untuk menggunakan perpustakaan tanpa adanya katalog. Atau dengan kata lain, katalog adalah kunci untuk menemukan bahan pustaka dalam sebuah perpustakaan. Pada dasarnya, koleksi tiap perpustakaan dikelola dengan prinsip yang sama. Dalam jangka waktu yang sangat lama, buku adalah satu-satunya koleksi perpustakaan besar di dunia. Semua sistem dan tata kerja perpustakaan didasarkan pada sifat buku dan perilaku pemakai buku. Mulai dari ruang, tata cara peminjaman, sampai kepada sistem simpan dan temu kembalinya, semuanya berbasis buku/koleksi.
Sedangkan penelusuran informasi merupakan bagian dari sebuah proses temu kembali informasi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai akan informasi yang dibutuhkan. Dengan bantuan berbagai alat penelusuran dan temu kembali informasi yang dimiliki perpustakaan/unit informasi. Penelusuran informasi menjadi penting karena jantung dari sebuah layanan informasi atau perpustakaan adalah bagaimana memenuhi kebutuhan informasi yang diminta pemakai, bagaimana menemukan informasi yang diminta pemakai dan bagaimana memberikan jalan kepada pemakai untuk menemukan informasi yang dikehendaki. OPAC disediakan untuk membantu pengguna perpustakaan dalam mencari dokumen dan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam memecahkan suatu pertanyaan atau permintaan. OPAC menjadi suatu sarana bagi pengguna untuk menulusur informasi. OPAC merupakan sarana penyimpanan, sarana penelusuran informasi secara online, dan sebagai sarana untuk memeriksa status dari suatu bahan pustaka. Proses penelusuran informasi menjadi penting untuk menghasilkan sebuah temuan atau informasi yang relevan, akurat dan tepat. Proses dan penggunaan alat yang tepat akan menghasilkan informasi yang tepat pula.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik mendalami laporan dengan judul “Efektifitas OPAC sebagai Sistem Temu Kembali Informasi di Perpustakaan Ushuluddin ”
1.2. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1.2.1. Pembatasan Masalah
Untuk mengetahui OPAC sebagai sistem temu kembali informasi sudah efektif dalam penelusuran informasi maka dapat di ketahui dari kinerja OPAC tersebut dalam menemukan kembali informasi. Dan pembahasan ini dibatasi hanya pada OPAC sebagai sistem temu kembali informasi di perpustakaan Ushuluddin dan Filsafat.
1.2.2. Perumusan Masalah
Dari masalah pokok diatas, agar permasalahan tidak keluar dari pembahasan, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa manfaat OPAC dalam sistem temu kembali informasi di Perpustakaan Ushuluddin?
2. Bagaimanakah efektifitas OPAC sebagai sistem temu kembali informasi di perpustakaan Ushuluddin?
3. Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam proses penelusuran informasi di OPAC?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Manfaat OPAC dalam penelusuran informasi di perpustakaan Ushuluddin
2. Untuk mengetahui efektifitas OPAC sebagai sistem temu kembali di perpustakaan Ushuluddin dan Filsafat.
3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapai dalam penelusuran informasi di OPAC.
1.4. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan lebih terarah mengenai permasalahan yang dijadikan pokok pembahasan laporan ini, maka penulis membagi pembahasan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Yang mencakup latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN LITERATUR
Membahas pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi, tujuan dan fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi, pengertian sistem temu kembali informasi, fungsi dan tujuan sistem temu kembali informasi, efektifitas sistem temu balik informasi, pengertian katalog, fungsi katalog, Pengertian OPAC, tujuan dan fungsi OPAC, keunggulan OPAC, model peelusuran
BAB III: PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini, akan dibahas hasil laporan pendalam Keefektivan OPAC sebagai sistem temu balik informasi perpustakaan Ushuluddin dan Filsafat.
BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan kesimpulan dari penyajian laporan yang dikemukakan oleh penulis, dan penulis memberikan saran-saran yang merupakan masukan dan sumbangan pemikiran penulis.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi
2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada dalam suatu perguruan tinggi dan merupakan unit yang menunjang perguruan tinggi yang bersangkutan dalam mencapai tujuannya, yang termasuk pengertian perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang tergabung dalam lembaga pendidikan baik perpustakaan universitas, fakultas, institut, sekolah tinggi maupun politeknik.[4] Perpustakaan perguruan tinggi juga dapat diartikan sebagai perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya, maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya[5]. Perpustakaan perguruan tinggi dapat diartikan sebagai perpustakaan yang berada di lingkungan perguruan tinggi atau sekolah tinggi, akademik dan pendidikan tinggi lainnya, yang pada hakikatnya merupakan bagian integral dari suatu perguruan tinggi.
2.1.2. Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi memilki beberapa tujuan sebagai unsur penunjang perguruan tinggi dalam mencapai visi dan misinya. Menurut Sulistyo Basuki[6] tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi lazimnya staf pengajar dan mahasiswa.sering pula mencakup tenaga kerja administrasi perguruan tinggi.
2. Menyediakan bahan pustaka (referensi) pada semua tingkat akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke mahasiswa pasca sarjana dan pengajar.
3. Menyediakan ruang belajar bagi pemakai perpustakaan.
4. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pemakai.
5. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan perguruan tinggi juga lembaga industri lokal.
Berdasarkan Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan perguruan tinggi bertujuan untuk memberikan pelayanan informasi yang memadai dimana layanan yang diberikan bisa mendukung perguruan tinggi dalam rangka menyelenggarakan proses pembelajaran di perguruan tinggi yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa untuk menempuh tujuan tersebut maka perpustakaan perguruan tinggi harus dapat menyediakan koleksi dan layanan perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Untuk melaksanakan tujuan dengan baik, perpustakaan perguruan tinggi memiliki beberapa fungsi, sebagai berikut:
1. Fungsi Edukasi
Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
2. Fungsi Informasi
Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses ileh pencarian dan pengguna informasi.
3. Fungsi Riset
Perpustakaan mempersembahkan bahan-bahan primer dan skunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi mutlak dimilki, karena tugas perguruan tinggi adalah menghasilkan karya-karya penelitian yang dapat diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.
4. Fungsi Rekreasi
Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi penggunaperpustakaan.
5. Fungsi Publikasi
Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh sivitas akademik dan staf non akademik.
6. Fungsi Deposit
Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh sivitas akademik. Secara umum dapat dirumuskan bahwa perpustakaan perguruan tinggi memilki fungsi yang dapat mendukung program pendidikan, pengajaran, serta penelitian dengan menyediakan informasi yang dibutuhkan dan melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi, dengan memilki fungsi edukasi, fungsi informasi, fungsi riset, fungsi rekreasi, fungsi publikasi, dan fungsi deposit.
2.2 Sistem Temu Kembali Informasi
2.2.1 Pengertian Temu Kembali Informasi
Sistem temu kembali informasi berasal dari kata Information Retrieval System (IRS).Temu kembali informasi adalah sebuah media layanan bagi pengguna untuk memperoleh informasi atau sumber informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Sistem temu kembali informasi (Information Retrieval System) merupakan salah satu sistem informasi khususnya di perpustakaan. Sistem temu kembali informasi merupakan sistem informasi yang berfungsi untuk menemukan informasi yang relevan dengan kebutuhan pemakai. Sistem temu kembali informasi berfungsi sebagai perantara kebutuhan informasi pengguna dengan sumber informasi yang tersedia. Pengertian yang sama mengenai sistem temu kembali informasi menurut Sulistyo-Basuki sistem temu kembali informasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan dan memasok informasi bagi pemakai sebagai jawaban atas permintaan atau berdasarkan kebutuhan pemakai[7]. Dapat dinyatakan bahwa sistem temu kembali informasi memiliki fungsi dalam menyediakan kebutuhan informasi sesuai dengan kebutuhan dan permintaan penggunanya.
Definisi lain yang mengemukakan bahwa: “Sistem temu kembali informasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk menemukan dokumen yang dapat memberikan kepuasan bagi pengguna dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Tujuan utama sistem temu kembali informasi adalah untuk menemukan dokumen yang sesuai dengan kebutuhan informasi pengguna secara efektif dan efisien, sehingga dapat memberikan kepuasan baginya, dan sasaran akhir dari sistem temu kembali informasi adalah kepuasan pemakai. Sistem temu kembali informasi merupakan ilmu pengetahan yang berfungsi dalam penempatan sejumlah dokumen dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Menurut Hasugian [8]dasar dari sistem temu balik informasi adalah proses untuk mengidentifikasi kecocokan diantara permintaan dengan representasi atau indeks dokumen, kemudian mengambil dokumen dari suatu simpanan sebagai jawaban atas pemintaan tersebut. Sistem temu kembali informasi pada prinsipnya bekerja berdasarkan ukuran antara istilah query dengan istilah yang menjadi representasi dokumen. Pengertian lain yang menyatakan bahwa Sistem temu kembali informasi adalah proses yang berhubungan dengan representasi, penyimpanan, pencarian, dan pemanggilan informasi yang relavan dengan kebutuhan informasi yang diinginkan pengguna[9],. Pendapat ini menunjukkan bahwa dalam Sistem Temu Kembali Informasi terkandung sejumlah kegiatan yang meliputi proses identifikasi kecocokan, representasi, penyimpanan, pengambilan, serta pencarian atau penelusuran dokumen yang relevan atau sesuai, dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi pengguna.
Maka dapat disimpulkan bahwa sistem temu kembali informasi merupakan sebuah sistem yang berguna dalam memanggil dan menempatkan dokumen dari/dalam basis data sesuai dengan permintaan pengguna. Sistem temu kembali informasi memiliki tujuan akhir, yaitu memberikan kepuasan informasi bagi pengguna sistem. Jadi, temu kembali informasi merujuk pada keseluruhan. kegiatan yang meliputi pembuatan wakil informasi (representation), penyimpanan (storage), pengaturan (organization) sampai kepada pengambilan (access).
2.2.2 Tujuan dan Fungsi Sistem Temu Kembali Informasi
Sistem temu kembali informasi merupakan salah satu elemen penting dalam kegiatan temu kembali koleksi dan informasi yang dibutuhkan pengguna di perpustakaan. Menurut Chowdhury[10] fungsi utama sistem temu kembali informasi dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis isi sumber informasi suatu dokumen.
2. Merepresentasikan isi sumber informasi dengan cara tertentu yang memungkinkan untuk dipertemukan dengan pernyataan (query pengguna).
3. Merepresentasikan pernyataan (query) pengguna dengan cara tertentu yang memungkinkan untuk dipertemukan dengan sumber informasi yang terdapat dalam basis data perpustakaan.
4. Mempertemukan pernyataan pencarian dengan data yang tersimpan dalam basis data.
5. Menemu-kembalikan informasi yang relevan.
6. Menyempurnakan untuk kerja sistem berdasarkan umpan balik yang diberikan oleh pengguna.
Tujuannya adalah untuk mempelajari proses temu kembali, membentuk, membangun dan mengevaluasi sistem temu kembali yang dapat memberikan informasi yang diinginkan secara efektif antara pengarang dan pemakai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi yang utama dari suatu sistem temu kembali informasi adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengidentifikasi informasi yang relevan kepada masyarakat pemakai.
2. Untuk meneliti muatan/indeks dari dokumen
3. Untuk menghadirkan muatan/indeks dari sumber yang diteliti dengan pemakai.
4. Untuk meneliti query pemakai dan untuk menghadirkannya didalam suatu format yang akan menghasilkan temuan dokumen yang sesuai pada basisdata.
5. Untuk memenuhi statemen pencarian dengan database yang disimpan.
2.3. Efektivitas Sistem Temu Kembali Informasi
Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang tepat untuk mencapai tujuan. Dalam memanfaatkan efektivitas temu kembali informasi, harus digunakan parameter untuk mengevaluasinya agar hasil yang diberikan sistem sesuai dengan permintaan pengguna. Evaluasi dilakukan untuk menjelaskan bagaimana sistem beroperasi atau untuk mengetahui mengapa sistem berfungsi pada tingkat efisiensi tertentu. Efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan yang lebih dikaitkan dengan hasil kerja. Menurut pendapat lain efektivitas sistem temu kembali informasi adalah kemampuan dari sistem itu untuk memanggil berbagai dokumen dari suatu database sesuai dengan permintaan pengguna. Efektivitas dari sistem temu kembali informasi dapat diukur. Ada dua hal penting yang biasanya digunakan dalam mengukur kemampuan sistem temu kembali informasi yaitu rasio atau perbandingan perolehan (recall) dan ketepatan (precision).
Sulistyo-Basuki menyatakan bahwa[11]:
Rasio perolehan (recall) adalah perbandingan dokumen ditemukan dengan jumlah total dokumen relevan dalam sistem. Sedangkan rasio ketepatan (precision) adalah perbandingan antara dokumen relevan dengan jumlah dokumen yang ditemu balik dalam penelusuran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perolehan (recall) dan ketepatan (precision) merupakan suatu hal yang sangat bertentangan. Sebab perolehan merupakan jumlah keseluruhan dokumen yang terpanggil oleh sistem dan belum tentu relevan dengan permintaan pengguna. Sedangkan ketepatan merupakan kemampuan sistem untuk tidak memanggil dokumen yang tidak relevan dengan permintaan pengguna. Dengan demikian apabila recall tinggi maka precision rendah dan jika dan jika precision tinggi maka recall rendah. Oleh karena itu precision yang biasanya menjadi salah satu ukuran yang digunakan untuk menilai kefektifan suatu sistem temu kembali informasi.
Rasio dari tingkat perolehan (recall) dan ketepatan (precision) yang dicapai dalam kegiatan penelusuran dapat diungkapkan sebagai berikut:
Recall= X 100 %
Precision= X 100 %
2.4 Katalog Perpustakaan
2.4.1 Pengertian Katalog Perpustakaan
Katalog merupakan suatu alat untuk menemukan kembali koleksi pustaka. Menurut Sulistyo Basuki katalog perpustakaan adalah daftar buku atau koleksi pustaka dalam suatu perpustakaan atau dalam suatu koleksi[12]. Katalog perpustakaan dapat diartikan sebagai sarana temu kembali informasi yang berisi daftar inventaris buku di perpustakaan. Sedangkan menurut pendapat Suhendar katalog diartikan sebagai daftar bahan-bahan koleksi perpustakaan yang disusun secara alfabetis atau secara sistematis[13]. Katalog mencatat, memberikan, dan menjuruskan sumber suatu koleksi, perpustakaan atau sekelompok perpustakaan. Katalog dapat berbentuk daftar, atau bibliografi. Setiap pemasuk berisi rincian nomor kelas atau sandi pustaka sehingga pustaka tersebut dapat ditemukan, juga mengandung rincian yang memberikan buku tersebut (pengarang, judul, tanggal, terbit, editor, jumlah gambar, halaman, dan edisi) sehingga buku tersebut mudah dikenali.Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian katalog perpustakaan adalah daftar koleksi dari suatu perpustakaan tertentu yang disusun secara sistematis dan menjadi sarana yang penting dalam temu kembali informasi dan dokumen.
2.4.2. Fungsi Katalog Perpustakaan
Katalog perpustakaan berfungsi sebagai daftar inventaris dan menunjukkan banyaknya koleksi yang terdapat di suatu perpustakaan. Didalam buku pedoman katalogisasi[14], dijelaskan fungsi katalog yaitu:
a. Memberikan kemudahan kepada seseorang untuk menemukan bahan pustaka yang telah diketahui pengarang, judul atau subjeknya secara cepat, tepat, dan akurat.
b. Menunjukkan bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan oleh pengarang tertentu berdasarkan subjek tertentu atau subjek-subjek yang berhubungan dan jenis atau bentuk literatur tertentu.
c. Membantu dalam pemilihan bahan pustaka berdasarkan edisi dan karakternya (sastra atau berdasarkan topik).
Fungsi lainnya menurut Suhendar yaitu:
1. Sebagai daftar inventaris bahan pustaka dari suatu atau kelompok perpustakaan.
2. Berfungsi sebagai sarana temu balik bahan pustaka. Sebagai daftar inventaris, katalog perpustakan berarti merupakan daftar kekayaan yang dimiliki perpustakaan. Terutama menyangkut bahan -bahan pustaka yang tersedia. Sedangkan sebagai sarana temu balik bahan pustaka, katalog perpustakaan berarti alat atau media untuk mencari dan menemukan bahan pustaka yang dibutuhkan oleh pengunjung perpustakaan secara cepat, tepat dan akurat.
Jadi katalog dapat dapat dikatakan sebagai:
1. Semacam bibliografi, tetapi mendaftar dokumen yang ada dalam koleksi.
2. Mengatasi keterbatasan susunan dokumen dengan memberi pendekatan ganda (atau lebih dari satu)
3. Terdiri atas entri-entri yang mewakili dokumen:
§ Tajuk entri
§ Deskripsi keterangan pengarang, judul, kota terbit, tahun terbit, dan fisik buku[15].
2.5. OPAC ( Online Public Access Catalog )
2.5.1 Pengertian OPAC
Dalam “Dictionary of Library and Information Management” menyebutkan bahwa OPAC adalah sistem katalog perpustakaan berbasis elektronik yang bisa digunakan melalui terminal komputer untuk mencari informasi atau koleksi.
Menurut ALA Glosary of Library and Information Science menjelaskan bahwa OPAC adalah cantuman bibliografi dalam bentuk yang dapat dibaca oleh mesin dan disimpan dalam sistem komputer, pemakai dapat mengakses informasi secara terus menerus dengan pendekatan pengarang, judul, subjek, ISBN, atau gabungan dari omponen-komponen yang disebutkan.
OPAC merupakan singkatan dari online public access catalog. Adapun penjelasannya adalah pangkalan data yang berisikan cantuman bibliografi yang dirancang untuk dapat diakses melalui terminal (komputer) sehingga pemakai dapat langsung dan secara efektif mencari dan menemukan kembali informasi yang dibutuhkan tanpa bantuan staff.[16]
Pendapat lain menyatakan bahwa OPAC adalah suatu pangkalan data dari rekaman-rekaman katalog yang dapat diakses oleh pencari informasi. Dan OPAC ini berfungsi sebagai katalog perpustakaan, yaitu katalog terpasang yang dapat diakses secara langsung oleh pencari informasi.[17]
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa OPAC adalah katalog berbasis komputer yang dapat digunakan oleh pemakai untuk mencari koleksi baik diperpustakaan, maupun unit informasi lainnya, dan OPAC memungkinkan seseorang menelusur informasi melalui judul, pengarang, subjek, kata kunci, penerbit atau gabungan dari kompunen-komponen tersebut.
2.5.2. Tujuan dan Fungsi Online Public Access Catalog (OPAC)
OPAC merupakan sarana mutakhir yang telah menjadi pilihan utama perpustakaan selain memberikan kemudahan bagi pengguna. OPAC juga memberi kemudahan bagi petugas perpustakaan dalam melakukan kegiatan pengatalogan dan lain-lain. Peralihan katalog manual ke bentuk online, disamping banyak menghemat waktu pengguna dalam penelusuran, juga mampu meningkatkan efisiensi pekerjaan pengatalogan bahan pustaka baru. Katalog elektronik terbukti juga mampu mempromosikan koleksi perpustakaan sehingga penggunanya semakin tinggi. Tujuan lain menyatakan:
1. Pengguna dapat mengakse secara langsung ke dalam pangkalan data yang dimiliki perpustakaan.
2. Mengurangi beban biaya dan waktu yang diperlukan dan yang harus dikeluarkan oleh pengguna dalam mencari informasi.
3. Mengurangi beban pekerjaan dalam pengelolaan pangkalan data sehingga dapat meningkatkan efisiensi tenaga kerja.
4. Mempercepat pencarian informasi.
5. Dapat melayani kebutuhan informasi masyarakat dalam jangkauan luas.
Dari penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa tujuan penyediaan OPAC di perpustakaan adalah untuk memberi kepuasan kepada pengguna dan staf perpustakaan dan mempercepat pencarian informasi yang tersedia di perpustakaan. OPAC difungsikan untuk membantu pengguna di dalam sistem temu kembali informasi di suatu perpustakaan. Selain sebagai sistem temu kembali informasi OPAC juga berfungsi sebagai sarana untuk mengetahui status suatu bahan pustaka dan lokasi bahan pustaka tersebut. OPAC mempunyai kemampuan untuk menyediakan bantuan kepada pengguna dengan lebih mudah dibandingkan dengan katalog kartu, bukan hanya lebih banyak titik akses yang bisa diakses tetapi OPAC lebih fleksibel.
2.5.3. Keunggulan OPAC
Katalog adalah keterangan singkat atau wakil dari suatu dokumen. Katalog terhubung adalah jantung dari sebuah sistem perpustakaan yang terautomasi. Akan tetapi perpustakaan masih banyak yang menggunakan katalog kartu. Adapun alasan menggunakan katalog kartu yaitu : data koleksi lama belum dimasukan seluruhya dalam komputer. Katalog kartu dipertahankan karena mahalnya harga perangkat kerasnya dan kebanyakan perpustakaan belum sanggup untuk mengadakan komputer dalam jumlah yang sepadan dengan jumlah pengunjungnya. Akan tetapi katalog yang terautomasi menawarkan lebih banyak kelebihan bila dibandingkan dengan katalog kartu. Subsistem lain seperti OPAC dan sirkulasi berinteraksi dengan komputer dalam menyediakan layanan automasi. Sebuah sistem katalog yang dirancang dengan baik merupakan faktor kunci keberhasilan penerapan automasi perpustakaan. Sistem temu balik informasi yang disediakan memberikan kemudahan kepada para pengguna utuk mendapatkan koleksi-koleksi apa yang diinginkannya. Pada perpustakaan yang sudah melakukan automasi sistem temu balik informasi yang digunakan adalah OPAC (Online Public Acces Catalogue). Menurut Markey, pengguna lebih menyukai OPAC daripada kartu katalog karena : a) Menelusur di OPAC menyenangkan, b) Menelusur di OPAC menghemat waktu, c) OPAC menyediakan layanan baru, dan d) OPAC menyediakan ciri khas yang baru.[18]
2.6. Model Penelusuran
Dalam penelusuran informasi di sistem temu kembali informasi, terdapat macam cara untuk memperoleh informasi yang relevan yaitu dengan menggunakan penelusuran Bolean. George Boole menggunakan tiga operator, yaitu +, X, -, untuk mengombinasikan pernyataan. Logica Booliean terungkap melalui apa yang dikenal sebagai diagram venn[19], yaitu:
1. Irisan, Menggunakan Operator AND. Dua diskriptor harus ada dalam dokumen yang diindeks, artinya dokumen tersebut diindeks dalam dua diskriptor. Contoh: Filsafat AND Islam.
2. Pengepungan (Inclusion) menggunakan Operator OR. Kedua deskriptor terdapat pada dokumen yang diindeks. Contoh Filsafat OR Islam.
3. Ekslusif atau Exclusion menggunakan operator NOT. Operator ini digunakan untuk meniadakan deskriptor lain. Contoh: Filsafat NOT Islam.
Jika dalam diagram Venn sebagai berikut:
1. Pengepungan atau inclusion atau jumlah mantiki (logical sum)
Operator OR |
2. Irisan atau intersention atau produk logis (logical produc)
Operator AND |
3. Ekslusif atau perbedaan mantiki (logical difference)
Operator NOT |
Selain yang tersebut diatas, untuk memperoleh informasi yang relevan dalam goole penelusuran disebutkan dengan menggunakan tanda kutip ganda (“”), yaitu dengan menempatkan tanda kutip ganda dalam serangkaian kata untuk mempertimbangkan kata-kata yang tepat dalam urutan yang tepat juga[20], sebagai contoh “Filsafat Islam”. Dengan tanda kutip ganda tersebut akan menghilangkan ‘filsafat pendidikan Islam”.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Manfaat OPAC
Hadirnya OPAC di perpustakaan dapat memberikan keuntungan bagi pustakawan atau staff perpustakaan dan juga pemaki perpustakaan, diantaranya:
1. Dapat menelusur koleksi perpustakaan lebih cepat (efisien) dibanding dengan katalog kartu.
2. Mempercepat pekerjaan katalogisasi dan klasifikasi.
3. Mengecek buku ada di perpustakaan atau sedang dipinjam.
4. Memesan buku yang akan dipinjam.
5. Mengetahui buku yang sedang dipinjam
3.2. Komponen OPAC Perpustakaan Ushuluddin dan Filsafat
3.2.1. Kumpulan Dokumen
Kumpulan dokumen yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan kumpulan data katalog (OPAC) di perpustakaan Ushuluddin dan Filsafat Data katalog dalam bentuk digital, yang dibuat dengan program aplikasi Sofware SENAYAN. Yang dapat diakses pada http://fuf-library.uinjkt.ac.id/opac/.
3.2.2. Pengindeksan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap sofware SENAYAN, maka teknik pengindeksan dengan teknik pengindeksan bahasa alamiah, artinya pengindeksan yang didasarkan pada bahasa yang digunakan dalam dokumen, seperti setiap istilah yang terdapat pada judul, pengarang dan penerbit.
3.2.3. Kebutuhan Informasi Pemakai
Kebutuhan informasi yang diperlukan dalam hal ini untuk mendukung usaha penelitian, referensi mata kuliah maupun untuk pengembangan ilmu pengetahuan lainnya. Dalam hal ini, laporan ini mengambil sampel topik berdasarkan salah satu judul mata kuliah dari tiap-tiap jurusan yang terdiri dari 3 jurusan (Tafsir Hadits, Perbandingan Agama, Akidah Filsafat).
3.2.4. Strategi Pencarian
Dari 3 topik yang merupakan representasi dari salah satu mata kuliah yang ada pada tiap-tiap jurusan yang ada, kemudian masing-masing diterjemahkan ke dalam bentuk kata kunci. Dari tiap-tiap topik dibuat menjadi 1 kata kunci dengan bahasa Indonesia. Setiap kata kunci dimasukkan ke dalam query pencarian sederhana dan pencarian spesifik Dengan demikian maka setiap topik akan diwakili satu kata kunci. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama proses penelusuran, teryata jumlah kata akan sangat mempengaruhi hasil penelusuran, baik jumlah dokumen yang ditemukan maupun dokumen yang relevan dan tidak relevan. Semakin sedikit jumlah kata dalam kata kunci, maka semakin besar dokumen yang ditemukan, tetapi tingkat relevansinya rendah. Sebaliknya, semakin banyak kata dalam kata kunci maka perolehan dokumen semakin sedikit, tetapi tingkat relevansinya semakin besar.
Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan maka ditemukan bahwa teknik penelusuran pada Sofware senayan sebagai berikut:
1. Teknik penelusuran sederhana
Teknik ini berlaku pada masing-masing field dalam satu istilah penelusuran/kata kunci. Ini berarti bahwa setiap penggunaan kata kunci pada setiap field tersebut maka sistem akan memperlakukan proses pencarian ke dalam basis data secara bebas dan alami sesuai dengan kata kunci yang dimasukkan.
2. Teknik Penelusuran Spesifik atau mahir adalah penelusuran berdasarkan kategori tertentu berdasarkan pendekatan yang dikehendaki. Dalam penelusuran ini, dapat memilih tiga pendekatan yang tersedia, yaitu penelusuran berdasarkan kategori judul, nama pengarang, dan subyek dari suatu dokumen. Jika akan menelusur pada kategori judul, maka cukup mengetik kata kunci tertentu pada kolom judul. Demikian juga jika ingin menelusur melalui kategori nama pengarang atau subyek, cukup memasukkan kata kunci yang sesuai pada kolom yang tersedia. Jika ingin menelusur pada dokumen di lokasi tertentu, maka dapat melakukan pembatasan penelusran pada lokasi dokumen yang dikehendaki dengan cara memilih lokasi dokumen pada kolom yang tersedia.
Selain penelusuran dengan teknik pencarian sederhana dan pencarian spesifik, hasil penelusuran ternyata kurang relevan oleh karena itu penelusuran dilakukan dengan menggunakan teknik bolean logic. Akan tetapi dalam sofware SENAYAN tidak terdapat operator tersebut sehingga penelusuran dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tanda kutip ganda (“”) untuk memperoleh informasi yang tepat (precision), plus (+) untuk memperoleh informasi relevan(Recall), dan garis miring( / ) untuk memperoleh jumlah dokumen dalam sistem.
3.2.5. Kumpulan Dokumen yang Ditemukan dan penilaian relevansi
Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa perbedaan jumlah dokumen yang ditemukan menunjukkan banyaknya ketersediaan koleksi tersebut. Dengan demikian hasil penelusuran informasi yang dilakukan, dapat diketahui tingkat relevansi dokumen yang ditemukan dengan cara menganalisis setiap dokumen berdasarkan nomor kalsifikasi, judul dan subjek, dengan rumus recall dan precision. Di bawah ini adalah dokumen-dokumen yang telah ditemukan.
Jumlah dokumen ditemukan pada pencarian Simple Search dan Advanced Search | ||||||||||||
Jurusan | Judul | Teknik Pencarian | ||||||||||
Simple Search | Advanced Search | |||||||||||
Jmlh Dok | R | % | P | % | Jmlh Dok | R | % | P | % | |||
Aqidah Filsafat | Filsafat Islam | 191 | 53 | 27,7 | 22 | 41,5 | 125 | 35 | 28 | 14 | 40 | |
Perbandingan Agama | Agama Hindu | 233 | 33 | 14 | 31 | 93,9 | 147 | 31 | 21,1 | 30 | 96,8 | |
Tafsir-Hadits | Ayat Ibadah | 18 | 2 | 11 | 1 | 50 | 12 | 2 | 16,7 | 1 | 50 | |
R= Relevan, P= Precision |
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa perolehan dokumen pada penelusuran sederhana yang tingkat ketepatan (precision) paling tinggi adalah pada topik “Agama hindu” sebesar 31 dokumen (93,9%), Sedangkan tingkat ketepatan (precision) yang paling rendah adalah pada topik Filsafat Islam sebesar 22 dokumen (41,5%). Adapun untuk perolehan dokumen dengan penelusuran Advanced search, dokumen yang tingkat ketapatan (precision) paling tinggi pada topik Agama Hindu sebesar 30 dokumen (96,8 %), sedangkan tingkat ketepatatn yang paling rendah adalah filsafat islam sebesar 14 dokumen (40 %) .
Perbedaaan jurnlah dokumen yang relevan dan jumlah keseluruhan dokurnen yang diternukan, disebabkan karena cakupan dan ketersediaan surnber data di basis data dan juga kelengkapan informasi pada basis data.
.
3.2.6. Keefektivan OPAC perpustakaan Ushuluddin dan Filsafat
Dokumen yang ditemukan dalam penelusuran pada Katalog perpustakaan Ushuluddin merupakan respon dari interaksi penggunaan kata dengan pangkalan data. Pengujian penelusuran yang dilakukan dengan menggunakan judul salah satu mata kuliah dari tiap-tiap jurusan menggunakan pendekatan bahasa alami dengan menggunakan strategi penelusuran tanda kutip ganda (“”), dan model bolean logic, pada Simple Search (penelusuran sederhanan) dan Advanced Search (Pencarian spesifik). Ditemukan bahwa ketepatan pada penelusuran sederhana 93,9 %, Sementara ketepatan/presisi yang didapatkan dari pengujian pada penelusuran sepesifik 96,8 %. Berdasarkan hasil pengujian yang didapatkan di atas teryata penelsuran sepesifik lebih efektif dilihat dari dokumen yang relevan yang didapat pada penelususran sederhana. Hal ini disebabkan karena pada penelusuran sederhana semua kata dipergunakan/dapat ditelusur sehingga semua dokumen yang berkaitan terpanggil tetapi belum tentu relevan. Sedangkan pada penelusuran sepesifik hanya kata-kata tertentu yang dikendalikan.
Sedangkan jika melihat informasi yang terdapat pada basis data, OPAC belum efektif, dikarenakan banyak dokumen-dokumen/informasi basis data tidak lengkap dalam penginputan, terutama pada informasi subjek. Sehingga dokumen yang seharusnya relevan tidak dapat dipanggil atau ditemukan.
3.3. Kendala dalam penelesuran
Berdasarkan proses penelusuran informasi yang dilakukan pada OPAC Perpustakaan Ushuluddin dan Filsafat, terdapat beberapa kendala yang dihadapi yaitu penemuan informasi yang tidak sesuai dengan kata kunci yang diinginkan terutama penelusuran spesifik. Pada penelusuran ini terdapat dokumen-dokumen yang tidak ditemukan karena pada waktu pemasukan data ke sistem banyak dokumen yang tidak mencantumkan subjek yang berkaitan dengan dokumen. Dengan demikian pencarian dokumen tersebut sangat kecil kemungkinan untuk ditemukan.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil diatas, diatas memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Manfaat OPAC dalam sistem temu kembali informasi adalah sebagai alat untuk menelusur informasi dengan cepat, mempermudah pekerjakan katalogisasi dan klasifikasi, mengecek buku yang sedang dipinjam, mengetahui buku yang sedang dipinjam.
2. Sofware yang digunakan dalam sistem temu kembali informasi yaitu menggunakan Senayan Library yang dapat diakses pada alamat http://www.fuf-library.co.cc.
3. Pengindeksan dalam sistem katalog perpustakaan Ushuluddin adalah bahasa alami bebas.
4. Strategi penelusuran dilakukan dengan menggunakan teknik pencarian sederhana dan pencarian spesifik terutama pada pencarian Judul. Dan dilengkapi dengan menggunakan operator bolean logic secara manual, tanda kutip ganda (“”), plus (+), dan garis miring ( / ).
5. Efektivitas nilai temu kembali informasi katalog perpustakaan Ushuluddin dengan pencarian sederhana adalah 93,9% dan pencarian spesifik adalah 96,8%.
6. Nilai ketepatan penelusuran informasi dari tiap-tiap jurusan akan lebih efektif jika dilakukan penelusuran dengan menggunakan penelusuran Advanced Search.
7. Kendala-kendala yang dihadapi dalam penelusuran adalah kurang sesuai antara query dengan hasil penelusuran, karena perbedaan pengetikan kata kunci dan pengetikan data oleh diskriptor. Dan juga pengetikan data kurang lengkap terutama pada form subjek.
4.2. Saran
1. Untuk mendapat dokumen yang lebih relevan pada waktu penelusuran, maka form-form penginputan data akan lebih baik dilengkapi semua terutama dalam form subjek.
2. Agar OPAC berjalan berjalan sesuai dengan fungsinya, lebih diperhatikan tentang keberadaan OPAC yang terkoneksi dengan internet supaya tidak mengakses hal-hal lain terutama facebook.
DAFTAR PUSTAKA
Chowdhury. Introduction to Modern Information Retrieval. London: Library Association, 1999.
Google search basics: More search help. Diakses pada tanggal 26 Maret, di alamt:http://www.google.co/support/websearch/bin/answer.py?answer+136861
Hasugian, Jonner. Penelusuran Ilmiah Secara Online. Pustaha: (Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi) ; Vol.II, No.1. 2006.di akses pada tanggal 3 maret di alamat repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15753/.../pus-jun2006-%20(1).pdf
Hasugian, Jonner. Penggunaan Bahasa Ilmiah dan Kosa Kata Terkendali dalam Sistem Temu Balik Informasi Berbasis Teks. Pustaha: (Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi) ; Vol.II, No.2. 2006. di akses pada tanggal 3 maret di alamat: usupress.usu.ac.id/.../Pustaha%20Vol_%202%20No_%202%20Des_%202006.pdf
Karen Markey. “Thus Spake the OPAC User.” Information Tecnology and Libraries 12 (1) 87. Gale Sciences Standard Package. Artikel diakses dari Gale Database Online Unika Atma Jaya pada tanggal 26 Februari.
Lasa HS. Kamus Istilah Perpustakaan. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas, 1998.
Rimbarawa, Kosam. Dasar-Dasar Organisasi Informasi. Jakarta: Makaeser, 2007
Sukarman, Rachmat Natadjumena. Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perguruan Tinggi. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2000.
Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991.
Sulistyo-Basuki. Teknik dan Jasa Dokumentasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.
Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan: suatu pendekatan praktek jakarta: sagung Seto, 2006.
Wahyu Supriyanto. Teknologi Informasi Perpustakaan.Yogyakarta: Kencana.
Yaya suhendar. Pedoman Katalogisasi: cara mudah membuat katalog perpustakaan Jakarta: Kencana.
Zaki Mubarok. Penggunaan katalog online (OPAC) di Perpustakaan Pusat Unika Atma Jaya. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora, 2010.(skripsi)
[1] Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan: suatu pendekatan praktek( jakarta: sagung Seto, 2006)h.35.
[2] Sulistyo-Basuku. Teknik dan Jasa Dokumentasi.(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992). H.132
[3] Wahyu Supriyanto. Teknologi InformasiPerpustakaan.(Yogyakarta:Kanisius,2008).h.13
[4] Sukarman, Rachmat Natadjumena. Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perguruan Tinggi.( Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2000) h.5
[6]Ibid. h.52
[7] Sulistyo-Basuku. Teknik dan Jasa Dokumentasi.(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992). H.132
[8] Hasugian, Jonner. (2006). Penggunaan Bahasa Ilmiah dan Kosa Kata Terkendali dalam Sistem Temu Balik Informasi Berbasis Teks. Pustaha: (Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi) ; Vol.II, No.2. di akses pada tanggal 3 maret di alamat usupress.usu.ac.id/.../Pustaha%20Vol_%202%20No_%202%20Des_%202006.pdf
[9] Hasugian, Jonner. (2006). Penelusuran Ilmiah Secara Online. Pustaha: (Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi) ; Vol.II, No.1.di akses pada tanggal 3 maret di alamat repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15753/.../pus-jun2006-%20(1).pdf
[10] Chowdhury. Introduction to Modern Information Retrieval. (London: Library Association, 1999) h.3
[11] Sulistyo-Basuki. Teknik dan Jasa dokumentasi.(Jakarta: Gramedia Pustaka utama, 1992)h.148
[12] Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991) h.12
[13] Yaya suhendar. Pedoman Katalogisasi: cara mudah membuat katalog perpustakaan (Jakarta: Kencana) H.2
[14] Ibid. Hal. 2
[15] Rimbarawa, Kosam. Dasar-Dasar Organisasi Informasi. Jakarta: Makaeser, 2007
[16] Zaki Mubarok. . Penggunaan katalog online (OPAC) di Perpustakaan Pusat Unika Atma Jaya (Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora, 2010.(skripsi)
[17] Lasa HS. Kamus Istilah Perpustakaan. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas, 1998)h.89
[18] Karen Markey. “Thus Spake the OPAC User.” Information Tecnology and Libraries 12 (1) 87. Gale Sciences Standard Package. Artikel diakses dari Gale Database Online Unika Atma Jaya pada tanggal 26 Februari.
[19] Sulistyo-Basuki. Teknik dan Jasa Dokumentasi. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992)h.134