Selamat Datang di Blog pribadi Pustaka Zubair, Semoga bemanfaat.

Selasa, 29 Maret 2011

KEJUJURAN SEORANG PEMBUNUH


Dulu ada sebuah negri yang aman tenteram. Penduduknya hidup makmur dari hasil perkebunan dan pertanian. Tapi, suatu hari mereka dikejutkan oleh peristiwa pembunuhan. Di sepetak tanah tak bertuan ditemukan sesosok mayat yang berlumuran darah.
            Saksi mata melihat seorang laki-laki disamping mayat sambil memegang sebilah pisau yang berlumuran darah. Tentu saja, orang-orang langsung menuduhnya sebagai sipembunuh. Kemudian menangkap si laki-laki yang bekerja sebagai tukang jagal di pasar itu dan membawanya ke pengadilan.
            “Apa pendapatmu tentang laki-laki yang terbunuh itu?”tanya hakim kepada tersangka.
            “Saya telah membunuhnya.” Jawab laki-laki itu tenang.
            Maka berdasarkan fakta dan pengakuan dari tersangka, Hakim menjatuhkan hukuman mati. Pihak keluargapun mengutuknya dan mendesak supaya hukuman mati segera dilaksanakan. Akhirnya waktu hukuman mati ditetapkan dan segera diumumkan kepada khalayak.
            Ketika waktunya tiba, para petugas menjemput laki-laki itu dari penjara dan membawanya ke tempat eksekusi. Puluhan pasang mata mengikuti setiap langkah sang terdakwa tapi ia tetap kelihatan tenang.
            “Saudara-saudara sekalian,” suara Hakim memecah keheningan. “Hari akan dilaksanakan hukuman mati. Hukuman mati ini kita tegakkan agar menjadi pelajaran bagi kita semua. Agar peristiwa pembunuhan yang terjadi dinegri kita yang aman dan tenteram ini tidak terulang lagi....”
            Baru saja Hakim akan melanjutkan ucapannya, tiba-tiba seorang laki-laki muncul dengan tergopoh-gopoh dan menjatuhkan dirinya di depan Hakim seraya berkata,”Tuan Hakim yang adil hentikan pelaksanaan pembunuhan ini, dan bebaskanlah di,. Karena sayalah pelakunya.”    
            Alangkah terkejutnya hakim. Kemudian ia menatap tukang jagal dan laki-laki yang baru muncul itu bergantian. Sesaat kemudian ia berkata silaki-laki yang baru muncul,”Benarkah kamu yang telah membunuhnya?”
            “Benar tuan hakim,” jawab laki-laki itu mantap.
            Hakim kemudian menoleh ke tukang jagal dan bertanya,”Lalu mengapa kamu mengaku sebagai pembunuhnya?”
            “Saya terpaksa mengaku telah membunuhnya karena banyak saksi yang telah melihat saya memegang pisau berlumuran darah dan berada di samping mayat itu. Bukti-bukti keterlibatan saya tak terbantahkan. Padahal sebenarnya tidak demikian. Saat itu, setelah menyembelih seekor domba saya ingin buang air kecil. Karena tidak tahan kemudian saya pergi ke tempat buang hajat sambil masih memegang pisau. Di tengah jalan saya melihat seorang laki-laki sedang telungkup. Saya mengira ia terjatuh dari kuda dan pingsan. Maka saya mendekatinya dengan maksud ingin menolongnya. Tapi ternyata ia sudah mati. Pada saat itulah beberapa orang lewat dan langsung menuduh saya.”
            Hakim kemudian bertanya kepada pembnunya,”Mengapa sekarang kamu mengakui pembunuhan itu? Bukankah itu berarti kamu akan menemui kematian?”
            “Setelah membunuh laki-laki itu saya segera pergi dari kota ini, tapi saya selalu dihantui rasa bersalah,”Kata sipembunuh dengan suara lirih. “Begitu mendengar ada orang yang akan dihukum mati karena dosa yang telah saya lakukan saya segera kembali tuan, saya tidak mau menambah dosa lagi dengan membiarkan orang lain mati karena perbuatan saya.”
            “Baiklah, kuakui keberanian dan kejujuranmu itu.”kata hakim. Dan karena kamu telah menyelamatkan nyawa laki-laki ini, aku akan meminta keluarga korban untuk memaafkanmu. Semoga mereka mau menerimanya Dan Allah juga mengampuni dosamu.”
           

Kamis, 03 Maret 2011

BUNDA

Bunda
kau sll ada d sisiku
kau sll ada d hatiku
senyummu rembulan
baktimu spt matahari
yg setia menyinari
dan cintamu adalah udara
yg ku hrup stiap hari
meski d dlm sedih
walau dlm susah
langkahmu pasti
jadikan aku insan brarti

trimakasih bunda cintaku